--> Skip to main content

PAMER MAKSIAT

pamer maksiat

Sobat, di zaman yang serba modern ini, maksiat sudah gampang banget dicari. Mulai dari warnet pinggir jalan sampai telepon genggam mudah sekali buat sarana maksiat. Tapi lebih parah lagi kalau maksiat ini jadi bahan kebanggan. Habis melakukan maksiat, eh dia cerita sana-sini. Nah, boleh nggak sih pamer maksiat ?!


Seorang muslim adalah seseorang yang memiliki kehormatan. Kehormatan muslim sangat besar disisi Allah. Bahkan kehormatan Ka'bah yang merupakan tempat yang dicintai Allah, tidak melebihi kehormatan seorang muslim. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam suatu saat pernah bersabda saat beliau thawaf di seputar Ka'bah yang artinya,
"Betapa harumnya engkau dan betapa harumnya aromamu. Betapa agungnya engkau dan betapa agungnya kehormatanmu. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, kehormatan seorang mukmin lebih agung di sisi Allah darimu...." [H.R. Ibnu Majah, dikatakan oleh Syaikh Al-Albani "shahih lighairih" didalam Shahihut Targhib]

Makanya, Allah melarang seorang muslim untuk merusak kehormatan muslim yang lain. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:



"Setiap muslim atas muslim yang lain haram (untuk merusakkan) hartanya, kehormatannya, dan darahnya. Cukuplah seseorang dikatakan jelek dengan dia merendahkan saudaranya muslim." [H.R. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al-Al-bani]

Nah, kalau orang lain saja tidak boleh merusak kehormatannya, apalagi dirinya sendiri. Allah melarang mereka untuk merusak kehormatan diri mereka sendiri dengan melarang mereka berbuat maksiat dan dosa. Karena, maksiat dan dosa merupakan aib yang akan merusak kehormatannya. Selain melarang mereka berbuat dosa, Allah juga melarang mereka untuk menyebarkannya jika telah terjatuh ke dalamnya.

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْـمُجَاهِرِيْنَ، وَإِنَّ مِنَ الْـمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَََّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فيَقُوْلُ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَة كَذَا وَكَذَا. وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ


"Setiap umatku diampuni kecuali orang-orang yang menampakkan maksiatnya. Sungguh merupakan kejahatan, seseorang berbuat sesuatu (maksiat) di malam hari, kemudian Allah menutupi maksiatnya di pagi harinya. Tapi dia sendiri malah mengatakan, 'Wahai fulan, aku telah berbuat ini dan ini semalam'. Malam harinya Rabbnya telah menutupinya, tetapi di pagi harinya ia malah menyingkap apa yang telah ditutupi Allah." [H.R. Bukhari dan Muslim]

Kata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadush Shalihin, bahwa pamer maksiat ini ada dua macam :

Pertama, dia melakukan maksiat tersebut didepan banyak orang. Sehingga, orang-orang melihat apa yang dia perbuat.

Kedua, dan ini yang disebutkan dalam hadits diatas, seseorang berbuat maksiat tanpa diketahui orang lain. Namun, dia malah memberitahukan aib yang Allah tutupi tersebut.

Kedua macam pamer maksiat ini sangat berbahaya. Tidak hanya berbahaya bagi dirinya, ini juga berbahaya bagi orang yang mendengarnya. Karena bisa jadi orang yang mendengar akan merasa bahwa maksiat yang dilakukan temannya tersebut biasa saja. Karena itu, dia akan tenang-tenang saja dalam melakukan maksiat tersebut. Adapun bahaya bagi orang yang bermaksiat adalah karena ini merupakan dosa yang diancam tidak akan diampuni. Selain itu, jika orang yang diberitahu tersebut mengikutinya, dia juga akan mendapatkan dosanya karena termasuk mengajarkan keburukan.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ


"Barangsiapa mencontohkan didalam Islam ajaran yang jelek, maka dia akan mendapatkan dosanya dan dosa yang mengerjakannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa si pelakunya sedikitpun." [H.R. Muslim]

Selain itu, menceritakan aib sendiri juga mengandung makna meremehkan siksaan Allah. Seakan-akan dia bilang, "Nih, gue bisa melanggar larangan Allah. Gue nggak takut." Waduh, tidak memiliki rasa takut kepada Allah adalah kekafiran yang besar lho, sobat. Dan kalau ada yang melakukan maksiat tapi nggak ditimpa musibah, hati-hati. Bisa jadi itu adalah istidraj (penundaan hukuman) dari Allah biar dia melakukan segala macam kemaksiatan hingga puncaknya, suatu saat nanti dia akan diazab dengan siksaan yang sangat berat, baik di dunia maupun di akhirat. Nah lo.

Nah, makanya kalau kamu terjatuh dalam suatu maksiat, jangan diceritakan kepada orang lain kecuali dalam rangka mengambil pelajaran. Apalagi kalau sampai nulis status di Fb, "Asyik, lagi berduaan sama pacar", "Cuci mata di mall ah...", "Clubbing dulu ah...", atau maksiat-maksiat lainnya.

[Abdurrahman]

sumber : Majalah Tashfiyah edisi 16 vol.02 1433H - 2012M

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar