--> Skip to main content

UKASYAH PEMILIK PEDANG AL AUN

UKASYAH POTRET PAHLAWAN PEMBERANI

  Keajaiban, hanyalah keajaiban dari Allah yang bisa mengubahnya. Kala pertempuran telah berkobar. Api permusuhan telah menyala. Gemerincing pedang tak berkesusahan, teriring suara nyaring bersahutan menghantarkan nyawa meregang hilang. Darah telah tertuang dan tak lagi sekedar terpecik di sekujur tubuh pasukan. Ngeri, membuat bulu kuduk berdiri. Apa rasanya bila besi-besi tajam yang bernama pedang itu terayun, membelah, menyayat kulit dan daging yang menempel kuat pada tubuh kita. Di ikuti derasnya darah yang terkucur, praakk...tulang pun hancur.

  Perang Badar, peristiwa yang sangat fenomenal dalam perjalanan dakwah Islam. Siapa yang tidak mengenalnya? Masing-masing pasukan menyimpan sekelumit kisah yang menggetarkan hati setiap pendengarnya. Seakan hanya sebuah mimpi yang menghiasi tidur di malam hari. Bayangkan, di saat pedangmu patah dan tak bisa lagi diayunkan untuk memecah kepala musuhmu, pun tak mungkin lagi menjadi pembela diri menangkis serangan lawanmu. Tergopoh-gopoh engkau lari hendak berjumpa panglima perang, berharap masih mendapatkan pedang yang ada dalam stok cadangan. Namun, bukan pedang yang engkau dapatkan darinya. Hanya setangkai dahan pohon ia berikan. Ahhh... panglima macam apa ini ? ia berikan tangkai pohon sebagai ganti pedang untuk meramaikan kancah peperangan?

  Jika panglima itu adalah seorang Utusan Allah, apakah engkau akan tetap mencela dan memakinya? Kawan, ini bukanlah mimpi, bukan pula dongeng dari sebuah negeri yang ada dalam dunia khayal belaka. Nyata, seoranng infanteri tersebut adalah Ukasyah bin Mihshan. Dengan semangat dan ketegaran yang telah membaja. Diterimanya dahan pohon pemberian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh yakin dan harap. Maju, menyerang adalah keharusan. Tidak ada istilah melarikan diri bagi seorang Ukasyah bin Mihshan, meskipun hanya setangkai dahan pemberian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berada dalam genggamnya.

  Seketika, dahan pohon dalam genggamnya berubah menjadi sebilah pedang yang kuat nan tajam. Luar biasa, hanya keajaiban dari Allah yang bisa menjadikannya nyata. Apakah engkau masih menyebutnya sebagai mimpi? bangunlah kawan, ini nyata. Demikian kesudahan yang baik dan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala bagi orang-orang yakin dan bersabar. Jangan lupakan kisah ini, sekelumit kisah yang dialami oleh salah seorang sahabat Nabi, Abu Mihshan Ukasyah bin Mihshan bin Hurtsan Al Asady saudara Ummu Qais bintu Mihshan.

  Dialah seorang ksatria penunggang kuda dari Bani Asad. Dalam salah satu kesempatan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, "Di antara kami ada seorang ksatria penunggang kuda terbaik dari bangsa arab". Para sahabat menyela, siapakah dia wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Ukasyah bin Mihshan". Dhirar bin Al Azwar berkata, "Dia adalah salah seorang diantara golongan kami wahai Rasulullah". Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menimpali, "Dia bukan dari golongan kalian, tapi dari golongan kami". (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah 3/290)

  Medan pertempuran tidaklah menjadi suasana yang asing bagi Ukasyah, seluruh pertempuran bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah beliau lalui. Sabetan pedang, tusukan anak panah, luka yang lebar menganga sudah menjadi bagian kehidupannya. Sekujur tubuhnya menyimpan bekas-bekas luka yang membuat orang begidik karenanya. Di jalan Allah ia serahkan seluruh jiwa raganya.

  Dahan pohon pemberian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah berubah menjadi sebilah pedang yang kuat nan tajam, selalu saja menemani hari-hari kerasnya Ukasyah. Tidak ada satupun kesempatan yang mengharuskan untuk menghunuskan pedang, kecuali pedang itulah yang tergenggam erat dalam kuat tangannya. Al Aun, demikian sebutan masyhur untuk pedang Ukasyah bin Mihshan. Pedang yang tak pernah tertinggal dari debu jihad, hingga syahid menjemput Ukasyah bin Mihshan radhiyallahu anhu.

CERDAS, CEKATAN LAGI CERMAT. POTRET PEMETIK JANJI SURGA

  Sedikit diantara manusia yang Allah subhanahu wa ta'ala anugerahkan padanya dua sifat yang beriringan, cerdas dan cekatan. Berkata yang tidak hanya sekedar berkata, berbuat yang tidak hanya sekedar berbuat. Berkata dan berbuat sesuatu yang cepat namun cermat, dengan akal senantiasa mengalir bersama keimanan. Menumbuhkan rasa yakin yang mencengkeram kuat dalam sanubari.

  Ukasyah adalah salah seorang yang Allah karuniai sifat-sifat itu. Sosok cerdas, cekatan lagi cermat. Keutamaan itu terbuktikan langsung dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan terjadi di tengah-tengah para sahabat lainnya.

  Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma bercerita, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Telah diperlihatkan kepadaku beberapa kelompok umat manusia. Aku melihat di antara mereka ada seorang Nabi yang berjalan hanya dengan beberapa orang saja. Aku juga melihat seorang Nabi bersama seorang atau dua orang pengikutnya. Bahkan aku melihat seorang Nabi tanpa seorangpun menyertainya". "Kemudian tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok umat yang sangat banyak jumlahnya". Aku mengira mereka adalah umatku, "Ini adalah umatku". Dikatakanlah kepadaku, "Itu adalah Musa beserta kaumnya". Kemudian diperlihatkanlah kepadaku sekelompok umat yang sangat besar jumlahnya. Dikatakanlah kepadaku "Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan dimasukkan kedalam surga tanpa hisab dan tanpa azab".

  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah menyampaikan berita tersebut lalu masuk kedalam rumahnya. Para sahabat pun berbincang diantara mereka, "Siapakah gerangan tujuh puluh ribu orang itu?". Sebagian orang mengatakan, "Mungkin saja mereka adalah para sahabatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ". Sebagian yang lain berkata, "Mungkin juga mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dan tumbuh di lingkungan islam dan tidak pernah berbuat kesyirikan sedikitpun".

  Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui mereka, maka para sahabat menceritakan perbincangan mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau lalu menjelaskan: "Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah minta di ruqyah, tidak berobat dengan besi kay (besi yang dipanaskan), tidak pula mereka bertathayyur (meramal kesialan dengan burung). Dan hanya kepada Allah Ta'ala mereka bertawakkal".

  Ukasyah bin Mihshan segera berdiri seraya mengatakan, "Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah, agar aku digolongkan termasuk salah seorang di antara mereka". Rasulullah menukasnya, "Engkau adalah salah seorang di anatara meraka".

  Tak berselang lama, salah seorang yang lain berdiri seraya berkata, "Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar aku juga digolongkan termasuk salah seorang di antara mereka". Rasulullah menimpali "Engkau telah didahului oleh Ukasyah". [Muttafaq Alaih]

  Berita gembira yang didambakan setiap orang yang beriman. Masuk surga tanpa harus melalui perhitungan amal, pun siksaan yang menyakitkan. Berita gembira ini telah berhasil diraih oleh Ukasyah bin Mihshan. Dengan kecerdasannya, cepat ia segera berdiri memutuskan suatu kesimpulan untuk meminta sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tepat sekali apa yang dilakukannya, tanpa sungkan Rasulullah mengumumkan bahwa Ukasyah adalah salah seorang yang memetik janji surga itu.

 UKASYAH POTRET TELADAN SETIAP MUKMIN

   Dialah pejuang islam yang selalu terhiasi kehidupan sehari-harinya dengan tawakkal. Pantang menyerah, tegar, tak mudah patah arang. Gigih ia berjuang, selalu siap dia korbankan harta dan jiwanya, hanya karena Allah semata. Keikhlasan dalam beramal, tak pernah lepas dan selalu melekat dalam kalbunya.

  Jujur, iri rasanya dengan Ukasyah. Kiranya kita bisa mendapatkan berita gembira yang serupa. Nama kita disebut dengan lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu basah dengan dzikrullah. Indah sekai bila mimpi dan harapan itu menjadi nyata. Kala diri kita tak lagi melewati sulit dan sempitnya hari perhitungan. Kala kita tak lagi dipenuhi rasa takut dan kecemasan yang memuncak. Kala itulah, kebahagiaan selalu teriring bersama keselamatan. Hingga memasuki pintu surga yang Allah telah buka lebar lagi lapang. Saat tak ada lagi yang harus dikhawatirkan ataupun disesali. Masing-masing menuai atas apa yang diamalkannya. Wahai Ukasyah, aku ghibtah (iri yang diperbolehkan) kepadamu. "Ya Allah, Jadikanlah aku bersama Ukasyah, meski aku tak mampu beramal sebagaimana yang diamalkannya".

  Apa yang kurang dari diri Ukasyah? Apakah ada seorang yang mampu mencari celah untuk membuka aibnya? Tidak ada seorangpun yang mampu mencari celah kekurangannya kecuali Allah pasti akan singkap aibnya. Tidak ada seorangpun yang berusaha mengusik kekurangannya, kecuali hanya kebaikan yang akan ia temui darinya.

  Ibadah yang penuh ketundukan. Akhlak, yang memaksa setiap orang berdecak kagum karenanya. Muamalah, yang setiap orang merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya. Keberanian, yang membuat nyali lawan ciut menghadapinya. Hijrah dengan segala kesulitan yang dilaluinya. Jihad dengan segala aral rintangan, medan peperangan yang tak bisa memundurkan langkahnya. Ukasyah bin Mihshan pemilik sifat dan sikap yang terpuji dihadapan Allah dan dihadapan manusia.

  Tak jarang di antara kita merasakan kesulitan mencari figur teladan, tuk lalui kehidupan yang dirasa berat nan menyesakkan. Padahal, tidak sedikit Allah pilihkan bagi kita teladan dan figur yang telah Allah angkat namanya dalam panggung sejarah. Figur yang telah ada pada sosok Rasulullah dan para sahabatnya. Andai saja manusia meluangkan waktu sejenak, menilik sosok-sosok figur pilihan Rabb semesta Allam.

  "Sungguh ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi kalian. Bagi siapa yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir, dan bagi siapa yang banyak mengingat Allah". [Q.S. Al Ahzab :21]

  "Akan tetapi Rasul dan orang-orang beriman yang bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". [Q.S. At-Taubah :88]


وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

 "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk ke dalam islam dari golongan Muhajirin dan Anshar. Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridha kepada mereka, dan merekapun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal abadi selamanya. Itulah kemenangan yang besar". [Q.S. At-Taubah :100]

  Ukasyah bin Mihshan radhiyallahu anhu adalah salah seorang sahabat dari kalangan Muhajirin yang mendapatkan janji surga abadi selamanya. Syahid telah menjemputnya di tangan seorang yang mengaku sebagai seorang  nabi di masa Abu Bakr radhiayallahu anhu. Dalam peperangan melawan Thulaihah bin Khuwailid beserta pasukannya. Muslimin berhasil memukul mundur dan mencerai beraikan pasukan Thulaihah. Ukasyah bin Mihshan sebagai ksatria penunggang kuda ulung dari kabilah yang sama dengan Thulaihah, bergerak cepat mengejarnya. Hingga keduanya berhadap-hadapan, perang tanding tak terelakkan. Kemuliaan menjemput Ukasyah melalui tangan Thulaihah Al Asady Si Nabi palsu. Tangan Thulaihah telah berlumur darah Ukasyah bin Mihshan.

  Thulaihah bin Khuwailid setelah ia bertaubat dan masuk islam kembali, ia berkata kepada Umar. Saat itu Umar mengatakan kepada Thulaihah "Palingkanlah wajahmu wahai Thulaihah, karena engkau telah membunuh dua orang yang shalih, Ukasyah bin Mihshan dan Tsabit bin Aqram". Thulaihah menjawab "Wahai Amirul Mukminin, kedua orang itu telah Allah muliakan karena sebab kedua tanganku, dan Allah tidak menghinakanku karena sebab tangan mereka berdua". Umar merasa takjub dengan jawaban cerdas Thulaihah, dan memerintahkan agar Thulaihah dimasukkan kedalam tim musyawarah. (Ibnu Hajar, Al Ishabah Fii Tamyizi As Shahabah 1/383)


  Wallahu Ta'ala A'lam Bis Shawwab


oleh: Ustadz Hamzah bin Rifa'i

Majalah Qudwah edisi 20 vol.02 2014 rubrik Khairul Ummah




Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar