--> Skip to main content

Menyikapi Kesalahan Anak

Mungkin pernah kita mendengar tentang seorang ayah yang tega menyakiti anaknya disebabkan karena si anak merusak salah satu barang dirumah. Atau seorang ibu yang membentak anaknya hanya karena dia menumpahkan minuman. Di waktu yang lain, kita dengar tentang orangtua yang cuek saja ketika tahu anaknya memukul anak tetangga. Dua gambaran yang berbeda tentang sikap orangtua terhadap kesalahan anak.

Manusia tempat salah dan lupa. Terlebih anak-anak, akal dan kemampuan fisik mereka belum sempurna sehingga lebih sering berbuat salah dibanding orang dewasa.
Bagaimana kita menyikapinya?
Apakah semenjak kecil dibiasakan dengan hukuman supaya mereka jera, atau memberikan toleransi penuh atas kesalahan mereka dengan berdalih kasih sayang?
Tentunya sikap pertengahan adalah yang terbaik, memberikan hukuman atau toleransi sesuai dengan kondisi.

Nah, berikut ini beberapa langkah yang membantu kita bersikap tepat saat anak terjatuh dalam kesalahan.

Melihat Kesalahan
Ketika anak berbuat salah, kita lihat apakah kesalahan itu berhubungan dengan syariat atau hanya menyangkut hal keduniaan semata. Tentunya bila menyangkut perbuatan dosa, kita mesti memberikan peringatan lebih 'keras' dibanding bila kesalahan itu hanya menyangkut keduniaan.

Misalnya, anak yang ketahuan berbohong berbeda dengan yang sekedar mengotori rumah dengan mainannya. Namun nampaknya perbedaan ini kurang diperhatikan oleh para orangtua. Kita sering melihat orangtua yang marah habis-habisan ketika anaknya mendapat nilai kurang dalam ulangan harian. Namun mereka membiarkan begitu saja anaknya yang kelas 5 SD meninggalkan sholat.
Padahal Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk memukul mereka bila meninggalkan sholat ketika usia mereka 10 tahun.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya,
"Perintahlah anak-anak kalian untuk sholat ketika berumur 7 tahun, dan pukullah apabila ia tetap tidak mau melaksanakannya pada usia 10 tahun, serta pisahkanlah ranjang-ranjang mereka." [HR. Abu Dawud dalam sunan beliau dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud]

Dan masih banyak lagi contoh yang semisal. Ini peringatan bagi kita, para orangtua, agar lebih mengutamakan akhirat mereka daripada dunia mereka.

Cari Tahu Sebabnya
Kalau kita mau melihat, kebanyakan kesalahan anak muncul karena keterbatasan akal maupun fisik mereka. Misal, mereka ingin mengambil benda yang tingginya melebihi tinggi badan mereka sehingga jatuh.
Atau mereka berniat baik ingin berbagi makanan dengan adik bayinya, tapi berakibat fatal karena sang adik belum bisa menerima makanan.
Oleh karenanya, kita perlu melihat latar belakang kesalahan mereka sebelum buru-buru menghukum mereka. Berbaik sangkalah terhadap anak-anak. Apabila butuh arahan, maka berikan penjelasan kepada mereka dengan cara yang mereka pahami. Jangan mempersulit, namun beri mereka kemudahan, sehingga mereka tidak lari dari kita.

Lembut Dalam Menghukum
Kalau ternyata memang dibutuhkan hukuman, maka hukumlah dengan kelembutan. Bukan berarti tidak tegas. Namun dalam menghukum kita niatkan karena kita menyayangi mereka, tidak ingin mereka terjatuh dalam kesalahan untuk yang kedua kalinya. Bukan semata ingin membalas kesalahan mereka.
Dengan cara seperti ini, kita akan memilih hukuman yang bisa mereka terima dan memberi mereka pelajaran.
Sebagaimana kisah seorang Arab Badui yang kencing di masjid, jelas ini merupakan kesalahan. Namun dengan kelembutan, Rasulullah ﷺ tidak marah, bahkan beliau memberi peringatan yang bisa diterima oleh Arab Badui tersebut.
Sebagaimana kisah indah ini termaktub dalam Shahih al-Bukhari, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, mengisahkan bahwa pada suatu saat datanglah seorang Arab gunung ke masjid. Ia kemudian kencing di masjid. Kontan para shahabat langsung mengingkarinya.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Biarkan ia dulu." Kemudian setelah selesai kencing, Rasulullah ﷺ bersabda, "Siramlah kencing itu dengan seember air. Sesungguhnya kalian diutus hanyalah untuk mempermudah, bukan mempersulit."

Nah, diantara hukuman yang bisa mendidik adalah memberikan nasehat dan pengarahan sesuai pemahaman mereka ; bermuka masam ; membentak ; mendiamkan ; dan memukul dengan pukulan yang tidak keras.

Tentunya macam hukuman bisa disesuaikan dengan tingkatan kesalahan. Orangtua juga boleh menakut-nakuti mereka sebelum terlanjur terjadi kesalahan.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ memerintahkan agar menggantung cambuk dirumah. Hal ini bukan untuk mencambuk anggota keluarga, namun sebagai peringatan terhadap mereka.

Demikian wahai para orangtua, kita mesti berusaha bersikap tepat terhadap kesalahan anak. Ini kita lakukan dalam rangkaian pendidikan yang baik kepada mereka.
Wallahu a'lam [Ummu Umar].


©Majalah Tashfiyah edisi 05 vol. 1432H - 2011M

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar