--> Skip to main content

'Umair bin Wahb

"Sungguh, sekarang 'Umair bin Wahb Iebih aku cintai dibandingkan sebagian anak-anakku." ('Umar bin Al Khaththab)
___________________   

Dengan selamat, 'Umair bin Wahb Al Jumahi kembali dari kancah Badar, akan tetapi anaknya yang bernama Wahb tertangkap menjadi tawanan pasukan muslimin.

'Umair sangat ketakutan sekali kalau pasukan muslimin membalas dendam kepada seorang anak karena dosa ayahnya. Ia juga sangat khawatir kalau pasukan muslimin melancarkan berbagai siksaan kepada anaknya demi membalas kekejian dan gangguan yang ia berikan kepada Nabi ﷺ dan para shahabat.

Suatu hari, 'Umair pergi ke Masjidil Haram untuk thawaf dan minta berkah kepada para berhala di sana. Ia melihat Shafwan bin Umayyah sedang duduk menghadap Hijr. Maka ia pun menemuinya.

"Selamat pagi, wahai pemuka Quraisy!!" sapa ’Umair.

”Selamat pagi juga, wahai 'Umair. Mari duduk sebentar dan berbincang-bincang sejenak,” jawab Shafwan.

Duduklah 'Umair di atas selendang Shafwan. Keduanya mulai berbincang dan membicarakan perang Badar dan bencana besar yang telah menimpa mereka. Mereka berdua juga menghitung jumlah tawanan yang berhasil disandera oleh Muhammad dan para pengikutnya. Mereka berdua sangat terkejut, ternyata banyak juga pasukan mereka yang dibunuh oleh pasukan muslimin dalam perang itu. Jumlah korban yang harus mereka kubur juga tak terhitung.

Maka Shafwan bin Umayyah menghela nafas panjang sambil berkata, ”Demi Allah, tak ada kehidupan yang lebih baik setelah mereka.”

'Umair bin Wahb menimpali, ”Engkau benar, demi Allah.” .

'Umair terdiam sejenak kemudian berkata, ”Demi Rabb pemilik Ka'bah, kalau bukan karena hutang-hutang yang harus aku tunaikan dan keluarga yang aku khawatirkan akan terlantar pasti aku sudah membunuh Muhammad. Kalau bukan karena itu semua pasti aku telah menghancurkan urusannya dan menghentikan kejelekan yang ia sebarkan.” Kemudian dengan berbisik ia meneruskan perkataannya, "Sungguh keberadaan anakku Wahb di antara mereka membuat kehadiranku ke Yatsrib tidak menimbulkan kecurigaan pada mereka.”

***

Shafwan mengambil kesempatan dari perkataan 'Umair bin Wahb dan tidak ingin menyia-nyiakannya. Sambil menoleh, ia berkata kepada 'Umair, ”Wahai 'Umair, jadikanlah hutangmu untukku. Berapa pun hutangmu pasti akan aku bayarkan. Anak-anakmu juga akan aku tanggung selama aku dan mereka masih hidup. Hartaku yang banyak pasti mampu menanggung kehidupan mereka.”

"Kalau begitu rahasiakan hal ini. Jangan engkau beritahu siapapun,” jawab 'Umair.

”Engkau pun harus demikian juga,” kata Shafwan.

***

'Umair bangkit dari masjid. Api dendamnya kepada Muhammad kini menyala di dalam dada. Ia pun segera menyiapkan segala sesuatunya untuk merealisasikan tekadnya itu. Tak ada kekhawatiran pada dirinya atas kecurigaan yang akan muncul karena ia termasuk orang Quraisy yang masih punya urusan dengan para tawanan Badar. Mereka hilir mudik ke Madinah dalam rangka menebus mereka.

'Umair mengambil pedangnya dan melumurinya dengan racun yang mematikan. Kendaraan ia persiapkan. Dengan segudang kebencian dan permusuhan yang sengit, ia arahkan kendaraannya ke arah Madinah.

Sampailah 'Umair di Madinah. Ia langsung menuju masjid, mencari keberadaan Rasulullah ﷺ . Ia derumkan unta di depan masjid kemudian turun dari atas punggung hewan tersebut.

Saat itu 'Umar sedang duduk-duduk di dekat pintu masjid bersama sebagian shahabat. Tema pembicaraan mereka tak jauh dari Badar, jumlah tawanan, pasukan yang gugur dan terbunuh. Mereka mengenang jiwa kepahlawanan kaum muslimin dari kalangan Muhajirin ataupun Al Anshar. Mereka membicarakan keutamaan yang telah Allah berikan kepada mereka berupa kemenangan dan kekalahan serta kehinaan yang Allah timpakan kepada musuh-musuh mereka.

Tiba-tiba 'Umar menoleh. Ia melihat 'Umair bin Wahb turun dari punggung untanya. Dengan menenteng pedang ia berjalan menuju masjid. Maka 'Umar bangkit dalam keadaan panik seraya berkata,

"Awas anjing, musuh Allah 'Umair bin Wahb.. Demi Allah, pasti ia datang untuk bermaksud jahat. Ia telah menghasut orang-orang musyrik Mekah untuk memusuhi dan membenci kami. Ia adalah mata-mata sebelum perang Badar." Kemudian 'Umar berkata kepada teman-teman duduknya, “Lindungilah Rasulullah!! Pergilah kalian ke sisi rasulullah. Berhati-hatilah dari kelicikan orang ini."

'Umar pun bergegas menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, “Wahai Rasulullah, musuh Allah 'Umair bin wahb datang dengan membawa pedangnya. Aku yakin ia bermaksud jahat."

"Bawa ia masuk kepadaku!" kata Rasulullah ﷺ .

'Umar kembali ke arah 'Umair, ia menarik kerah bajunya dan merebut pedangnya. Kemudian ia membawa 'Umair menghadap Rasulullah ﷺ .

Tatkala Nabi ﷺ melihat keadaan ini, beliau berkata kepada 'Umar,

”Lepaskan ia, wahai 'Umar!" Maka 'Umar pun melepaskannya. Kemudian beliau berkata lagi kepada 'Umar, ”Menjauhlah darinya." Maka 'Umar pun menjauh .Rasulullah ﷺ kemudian menghadap ke arah 'Umair sambil berkata,

“Mendekatlah kemari, wahai 'Umair." 'Umair pun mendekat dan berkata,

”An'im shabahan!” Ini adalah ucapan penghormatan Arab pada masa jahiliyah.

“Allah telah memuliakan kami dengan salam yang lebih bagus dari ucapanmu tadi wahai 'Umair Allah telah memuliakan kami dengan keselamatan, yaitu salam penghormatan penduduk surga,” kata Rasulullah ﷺ .

“Demi Allah, engkau sendiri tidak asing dengan penghormatan kami dan engkau belum lama meninggalkannya, "kata 'Umair.

Rasulullah ﷺ kemudian bertanya kepada 'Umair, ”Apa yang membuatmu datang kemari, wahai ’Umair?"

"Aku datang karena harapanku agar engkau berbuat baik kepadaku dengan membebaskan tawanan yang ada di tanganmu,” jelas 'Umair.

”Lalu apa urusannya dengan pedang yang kau taruh di pundakmu itu?” tanya Rasulullah ﷺ lagi.

”Pedang buruk, pedang yang tak beguna di Badar,” kata 'Umair.

”Jujurlah kepadaku” Apa yang mendorongmu datang dengan membawa pedang itu wahai 'Umair?” desak beliau.

”Tidaklah aku datang kecuali karena tujuan itu,” jawab 'Umair.

Rasulullah ﷺ berkata,

”Bukankah engkau duduk bersama Shafwan bin Umayyah di Hijr? Kalian mengenang orang-orang yang dilempar ke sumur Badar? Kemudian engkau mengatakan, 'Kalau bukan karena hutang yang aku tanggung, pasti aku akan pergi hingga bisa membunuh Muhammad…' Lalu Shafwan akan menjamin hutangmu dan keluargamu asal engkau membunuhku. Allah pasti akan menghalangimu untuk melakukan itu semua.”

Maka 'Umair tersentak kaget kemudian dengan serta merta ia berkata, ”Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”

Lalu 'Umair menambahkan,

'Wahai Rasulullah, dahulu kami mendustakanmu“ dan tidak percaya dengan berita langit dan wahyu yang anda bawa. Kesepakatanku dengan Shafwan hanya kami berdua yang tahu. Pasti Allah-Iah yang memberitahu anda, segala puji bagi-Nya yang telah menggiringku kepada anda sehingga Dia membimbingku ke dalam Islam.”

Akhirnya 'Umair bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan juga bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ia masuk Islam.

”Ajarilah saudara kalian ini perkara agama. Ajarilah Al Qur'an dan bebaskanlah tawanannya,” kata Rasulullah ﷺ kepada para shahabat.

***

Kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah kaum muslimin dengan masuk Islamnya 'Umair bin Wahb. Sampai-sampai 'Umar berkata, “Dahulu, seekor babi yang datang kepada Nabi ﷺ lebih aku cintai ketimbang 'Umair. Namun sekarang, 'Umair lebih aku cintai daripada sebagian anakku sendiri.”

'Umair lantas menyucikan dirinya dengan berbagai pengajaran Islam. Ia isi hatinya dengan cahaya Al Qur'an. Menghidupkan hari-harinya yang paling mengagumkan dan sarat kebaikan. Akhirnya Mekah dan orang-orang yang tinggal di sana ia lupakan.

Harapan Shafwan bin Umayyah bergantung pada 'Umair. Ia melewati sekumpulan orang Quraisy dan berkata,

“Bergembiralah kalian dengan berita besar yang akan segera datang. Berita yang akan memupus dan menghilangkan kesedihan kalian semua dan melupakan kekalahan Badar."

Shafwan bin Umayyah lama menunggu, yang dinanti tak kunjung tiba. Kecemasan dan kegelisahan mulai ia rasakan, laksana terguling di atas bara api. la mulai bertanya-tanya kepada rombongan musafir berita tentang 'Umair bin Wahb, namun hasilnya nihil dan kosong. la tidak mendapatkan apapun.

Akhirnya seorang musafir datang membawa berita bahwa 'Umair bin Wahb telah masuk Islam.

Berita itu terdengar oleh Shafwan bin Umayyah bagaikan halilintar yang menyambar… la merasa yakin bahwa 'Umair bin Wahb tak akan mungkin masuk Islam walau penduduk bumi semuanya masuk Islam.

'Umair terus belajar mendalami agamanya, menghafalkan kalamullah yang mudah baginya. Hingga pada suatu hari ia menghadap Rasulullah ﷺ dan berkata,

"Wahai Rasulullah, sudah lama sekali waktu aku habiskan. Selama itu aku berusaha memadamkan cahaya Allah, menyiksa dan mengganggu orang yang mau masuk ke dalam agama Islam. Sungguh suatu hal yang sangat menggembirakanku jika Anda ijinkan aku ke kota Mekah Untuk mengajak orang-orang Quraisy kepada jalan Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka menerima ajakanku itulah sebaik-baik perbuatan mereka. Namun kalau mereka berpaling, aku akan melakukan apa yang dulu aku lakukan kepada para sahabatmu."

Rasulullah ﷺ pun mengijinkannya. Maka ’Umair pergi ke Mekah dan mendatangi rumah Shafwan bin Umayyah.

”Wahai Shafwan, sungguh engkau adalah pembesar Mekah, salah seorang pemuka Quraisy yang paling berakal Sekarang menurutmu apakah semua ini -penyembahan terhadap berhala dan menyembelih untuknya- benar menurut akal sehingga pantas untuk dijadikan sebagai sebuah agama? Aku telah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya,” kata 'Umair.

Mulailah 'Umair berdakwah di kota Mekah. Melalui dakwah dan ajakannya, banyak penduduk Mekah yang akhirnya masuk ke dalam Islam.

Semoga Allah ﷻ memberikan pahala yang banyak bagi 'Umair bin Wahb dan menerangi kuburnya dengan cahaya.


_________↓_________
Sebagai tambahan pengetahuan dan bacaan, silahkan merujuk:
a. Hayatush Shahabah (Lihat daftar isi jilid 4)
b. Sirah Nabawiyah Libni Hisyam (Lihat daftar isi)
c. Al lshabah (Biografi 6060)
d. Thabaqat lbnu Sa'ad (4/ 146)

©Sirah Sahabat Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar