--> Skip to main content

MEREKA BELUM MENGERTI...

belum mengerti

  Beberapa waktu lalu sempat melintas di timeline:
Wahai saudaraku, saya tidak ikut tahlilan, yasinan, dan maulid Nabi karena mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat..

  KALO SAMPEYAN, NYONTO SIAPA?

  Bagaimana kalo jawaban mereka gini;
SAYA NYONTO KYAI SAYA!! SAMPEYAN MAU APA??!! NJALUK GAJUL??! SINI!!

  Kenapa mereka mungkin saja punya jawaban seperti itu? Karena memang kadang secara ngga sadar kita ini sok jagoan.. Ngga ngerti beneran fikih dakwah dengan baik tapi berani buat tulisan yang bikin telinga orang lain panas, bikin dada mereka bergemuruh dan jiwa meradang.. Lupa kalo ahlussunnah itu qudwahnya Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam..?! Tidak ikut tahlilan, yasinan dan maulid Nabi memang mencontoh beliau dan para sahabat beliau yang mulia.. Tapi apakah beneran kalo sampe ngejek dengan kalimat "KALO SAMPEYAN NYONTO SIAPA" itu juga termasuk dalam bingkai mencontoh perilaku dan adab beliau? Ini bahasa Indonesia rasa Jawa mas. Rasanya ngga enak. Ngejek banget plus merendahkan. Apalagi dengan huruf kapital semua..

  Rasakan yang ini:
“Wahai saudaraku, saya tidak ikut tahlilan, yasinan, dan maulid Nabi karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat memang tidak pernah mengajarkannya.
Untuk kalian, maukah kita meneliti kembali, benarkah itu semua memang diajarkan oleh Rasul kita tersayang?”

  Damai bukan? Meski mungkin bagi sebagian jagoan rasanya kurang keren. Nggak menantang.

  Dienul islam ini indah.. Seruan-seruan yang ada dalam ajarannya selalu nyaman dirasakan dada kawan dan lawan.. Berwibawa dan penuh kemuliaan.. Yang medengar dan mempelajari ajarannya akan takjub.. Dahulu Rasulullah dan juga nabi dan rasul sebelum beliau diutus selalu punya adab dan akhlak yang baik ketika mengajak manusia ke jalan Allah. Tidak pernah menyakiti, tidak pernah bikin manusia lari..

  Mereka yang masih tahlilah, yasinan dan sejenisnya itu bisa jadi bener-bener belum tahu lho kalo semua hal itu terlarang dan tidak tercontohkan di sisi syariat.. Sebagian besar mereka hanya ikut-ikutan aja. Sebagian lagi memang belum Allah karuniakan untuk mereka hidayah taufik. Iya, apalagi yang mereka butuhkan selain hidayah taufik? Cercaan? Ejekan? Satire? Sarkasme? Engga sama sekali.

  Dahulu pernah loh, sebelum Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, ada seorang nabi yang dilempari batu oleh kaumnya. Berdarah-darah tubuh dan mukanya, terkena sasaran. Taukah kita, apa yang dia panjatkan kepada Allah Rabbnya? Minta kepada para malaikat untuk menenggelamkan ke bumi? Memohon kepada Allah untuk turunkan adzab buat mereka? Oh no.. Fisik kepalanya sama dengan kita. Isinya aja yang beda. Yang dia panjatkan kepada Allah adalah doa dan harapan yang membuncah kepada kaum yang justru menganiayanya..

  "Wahai rabbku, beri ampunan bagi kaumku.. Sungguh, mereka adalah orang-orang yang belum mengerti.."

  Mengisyaratkan udzur untuk mereka. Memberi keleluasaan buat mereka kesempatan untuk meraih hidayah taufik ketika hidayah bayan sudah tak lagi mempan tak bisa menembus dada-dada mereka.

  Berbuat baiklah. Berkata santunlah. Beri contohlah untuk setiap orang yang berada di sekelilingmu dengan sepenuh kebaikan dengan sepenuh keshalihan. Karena mereka juga ingin memasuki surga rabbnya..


[Susetiyo Wahyu Eko Prastowo]



Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar