--> Skip to main content

8 Kunci untuk Hidup Tenang

Syaqiq Al Balkhi (murid senior Ibrahim bin Adham rahimahullah) pernah bertanya kepada Al-Hatim Al Asham,
"Engkau telah hidup bersamaku selama beberapa lama. Apa saja yang telah engkau pelajari?"

Al Hatim menjawab, "Ada delapan pelajaran :

1. Aku memperhatikan kehidupan orang. Ternyata, setiap orang memiliki kekasih. Namun, sesampainya di kubur, sang kekasih meninggalkan dirinya. Maka, aku ingin menjadikan amal kebaikan sebagai kekasihku, agar ia selalu menemaniku didalam kubur.


2. Aku merenungi firman Allah,
"Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya." [QS. An-Nazi'at; 40]

Maka, aku pun berjuang untuk menahan diri dari keinginan hawa nafsu, sehingga benar-benar mapan untuk mewujudkan ketaatan kepada Allah.


3. Aku menyaksikan, setiap orang yang memiliki barang berharga, pasti ia akan menjaganya. Kemudian, aku merenungi firman Allah:
"Apa yang dari sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal." [QS. An-Nahl; 96]

Maka, setiap kali aku memiliki barang berharga, aku selalu menyerahkannya kepada Allah, agar tetap kekal di sisiNya untukku.


4. Aku menyimpulkan, orang-orang selalu menilai kemuliaan dengan harta, keturunan, maupun kedudukan. Padahal, semua itu tidak bernilai sedikitpun. Kemudian, aku merenungkan firman Allah,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kalian." [QS. Al-Hujurat; 13]

Maka, aku pun mewujudkan ketaqwaan agar menjadi mulia di sisi Allah.


5. Aku mengamati orang-orang senang berbuat hasad. Kemudian, aku meresapi makna firman Allah,
"Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia" [QS. Az Zukhruf; 32]

Maka, aku pun meninggalkan hasad.


6. Aku meneliti, orang-orang senang bermusuhan. Kemudian, aku menyelami makna ayat Allah,
"Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, maka jadikanlah ia musuh kalian." [QS. Fathir; 6]

Maka, aku pun tidak memusuhi mereka, lalu aku menjadikan syaithan saja sebagai musuh.


7. Aku menilik kehidupan orang, ternyata mereka menghinakan diri untuk sekedar hidup. Kemudian, aku merenungi firman Allah,
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi ini melainkan Allah-lah yang memberikan rezekinya." [QS. Hud; 6]

Maka, aku menyibukkan diri untuk melaksanakan tugas sebagai hamba lalu aku menyerahkan rizki kepadaNya.


8. Aku memperhatikan orang-orang, mereka menggantungkan harapan pada perniagaan, kerja keras, dan kesehatan tubuh. Adapun aku, menggantungkan harapan sepenuhnya kepada Allah.

[Mukhtashar Minhajul Qashidin hal. 17-18]


©Majalah Qudwah edisi.01 vol. 1433H - 2012M



Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar