--> Skip to main content

Aib mu aib ku

Tak ada gading yang tak retak, begitulah kata pepatah. Semua orang pasti punya aib. Baik pada fisik, maupun kisah hidup yang pernah dilalui. Tak terkecuali pada diri dan pasangan kita. Untuk yang satu ini, kita harus ekstra hati-hati dalam menutupnya.

Layaknya roda yang berputar, kehidupan suami istri tak selalu diatas. Ada saatnya berada dibawah, hingga terasa cinta pun menyurut. Saat-saat seperti itu, kesal dan benci kepada pasangan seakan memenuhi dada. Kalau sudah seperti ini, kejelekan pasangan begitu mudah keluar melalui lisan. Tersampaikan kepada teman curhat, keluarga atau tetangga.
Ya, tabiat manusia memang demikian. Saat hubungan kurang harmonis, seakan lupa kepada kebaikan pasangan. Begitu ringan mengumbar aibnya kepada orang-orang, seakan dirinya adalah manusia paling sempurna yang suci dari kesalahan. Lebih parah lagi, dalam hubungan pernikahan, satu sama lain pasti sangat paham terhadap kelemahan dan kekurangan masing-masing. Apabila semua itu terungkapkan kepada orang lain, apa jadinya?! Tentu hal ini sangat mengancam keutuhan rumah tangga.

Karena itu...., tunggu dulu. Jangan terburu nafsu. Cobalah berpikir tenang supaya sesal kemudian tidak datang. Ingatlah apabila pasangan kita punya aib, maka kita pun punya aib. Apabila kita tahu kelemahannya, demikian pula dia paham kekurangan kita. Seberapa kesal kita terhadapnya, jangan sampai membuat kita mengumbar rahasianya kepada orang ketiga. Karena, hal itu pasti akan berakibat buruk. Terkecuali apabila kita bermaksud mencari solusi. Kita ceritakan kepada orang yang kita percaya bisa menjaga rahasia dan mampu memecahkan masalah. Untuk tujuan yang satu ini, tidak mengapa kita katakan seperlunya saja, tidak berlebih-lebihan.

Suami istri mestinya punya perasaan bahwa aib pasangan adalah aibnya juga. Dengan demikian, dia akan merasa malu apabila aib pasangan terungkap. Karenanya, tentu dia akan berusaha untuk menutupnya dari orang lain.

Terlebih lagi bagi seorang muslim, menutup aib adalah bagian tuntunan dalam agama. Baik aib diri maupun orang lain. Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu pernah mendengar Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda,
"Setiap umatku akan diampuni kecuali Al-Mujahirin (orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan diantara orang yang terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang yang berbuat dosa pada malam hari, lalu pagi harinya Allah telah tutupi aibnya (perbuatan dosanya) dari orang lain, namun dia mengatakan, 'wahai fulan tadi malam aku berbuat demikian dan demikian'. Padahal, dia telah lalui malam itu, dan Allah tutupi aibnya. Namun, paginya dia singkap penutup itu." [Muttafaqun 'alaih]

Apabila aib diri sendiri saja diperintahkan untuk ditutup, maka terlebih lagi aib orang lain. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu juga, beliau sholallohu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan tutup aibnya di dunia dan di akhirat."

Jadi, walaupun saat hubungan terasa hambar, dia tetap pasangan hidup kita. Tutupilah aibnya, maka Allah akan menutup aib kita di dunia dan akhirat.


©Majalah Tashfiyah edisi 27 vol. 1434H - 2013M

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar