إِنَّ لَكِ مِنَ الْأَجْرِ عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ
“Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala sesuai dengan keletihan dan usahamu." [H.R. Al-Hakim dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha dishahihkan oleh Syaikh Ali-Albani di dalam Shahihul Jami'].
***
Dimulai pada pagi hari sebelum waktu shubuh, waktu di mana biasanya kita masih tidur lelap dibalik selimut hangat kita, kita harus bangun untuk makan sahur. Rasa malas sering menghinggapi benak kita. Namun, kita ingat akan hadits, "Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu”
Selesai makan sahur datanglah waktu fajar, waktu dimulainya puasa dengan mata yang masih mengantuk setelah makan sahur, kita tetap memantapkan hati kita untuk shalat Shubuh ke masjid karena ingat,, "Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu”.
Pulang shalat Shubuh banyak dari kita yang menarik kembali selimut hangatnya untuk tidur lagi. Na'mun, kita berusaha memanfaatkan bulan yang penuh barokah ini, dengan terus berdzikir mengingat Allah 'azza wa jalla dengan membaca Al Qur'an karena ingat, ”Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu”
Jam 6 pagi, kita mulai menyiapkan segala aktivitas kita seperti biasa tapi tanpa sarapan. Lalu berangkat ke sekolah atau ke tempat kerja untuk beraktivitas seperti biasa. Sampai jam 10 pagi tubuh kita masih merasa kuat. Hingga datang waktu sholat Zhuhur yang biasanya tubuh sudah lemas, rasa haus dan lapar melanda. Tebersit godaan untuk makan karena melihat orang yang makan di warung-warung tanpa merasa canggung (entah muslim atau bukan). Namun sekali lagi, walau tubuh terasa lemas dan lapar dan godaan melanda, kita terus belajar sebuah nilai bahwa ”Sesungguhnya Pahalamu tergantung pada usahamu".
selesai beraktivitas, hanya menungngu waktu berbuka tanpa melakukan aktivitas apapun membuat waktu menjadi terasa sangat lambat. Aneh ya? Bukankah ketika Ramadhan sangat banyak majelis pengajian diselenggarakan? Kenapa kita malas datang dan lebih memilih tidur-tiduran sampai bosan di kamar? Jika kita datang ke pengajian di masjid, selain mendapat ilmu dan pahala, waktu juga terasa cepat berlalu.
Lalu tibalah saat yang ditunggu-tunggu, waktunya berbuka puasa. Rasanya ingin melahap semua makanan saat itu juga. Walau hanya segelas teh hangat dan kurma, namun rasanya benar-benar nikmat. Insya Allah kenikmatan ini akan kita rasakan setiap malam selama Ramadhan. Walau balasan dari kesungguhan puasa yang hakiki akan kita dapatkan di akhirat kelak, namun kenikmatan berbuka puasa rasanya sudah sangat setimpal dengan perjuangan kita menahan hawa nafsu seharian penuh.
Namun, walau puasa hari itu sudah berakhir, masih ada amalan Ramadhan lain yang siap menunggu untuk dilaksanakan. Kita dianjurkan untuk shalat tarawih. Pada bulan inilah, semua kaum muslimin bersemangat dalam beribadah. Terlihat bahwa masjid-masjid selalu dipenuhi oleh kaum muslimin selama malam-malam ramadhan. Mereka khusyuk dalam melakukan shalat, mengharapkan pahala dan ampunan dari Allah pada bulan yang diberkahi ini.
Lalu untuk apa kita semua melakukan hal tersebut? Untuk apa kita bersusah payah berpuasa dan beribadah selama Ramadhan? Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa [QS. Al Baqoroh183]
Kita berpuasa agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa. Kita meninggalkan makan minum dan pembatal puasa lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap pahala -Nya.
Puasa juga mengajarkan kita untuk peka terhadap orang lain. Kita sering mendengar banyak kaum muslim di negeri ini yang hidup sedemikian miskinnya hingga meninggal karena kelaparan. Kita juga telah melihat dan mendengar dari berbagai macam media, berapa banyak kaum muslimin yang mati karena kelaparan di Sudan, di Ethiopia dan di negeri-negeri lain yang jumlahnya terus bertambah karena berkecamuknya peperangan di negeri mereka. Mereka berpuasa karena mereka tidak memiliki pilihan, tidak memiliki tisesatu untuk dimakan dan diminum. Dan mereka tidak tahu sampai kapan mereka akan menahan rasa lapar dan haus. Sementara ketika kita berpuasa, kita tahu kapan kita akan mengakhirinya.
SubhanaIlah.. Begitu besarnya barokah di bulan Rsmadhan. Ada banyak nikmat kebahagiaan yang kita rasakan di dalamnya. Kita merasa ”lebih relijius" ketika di tengah aktivitas dunia yang menyibukkan, kita tetap mengikhlaskan diri kita berpuasa demi Allah. Kita juga merasa bahagia, ketika melihat teman dan saudara kita, yang biasa hidup seenaknya sendiri, sering merokok dan mabuk-mabukan, di bulan ini mereka mampu melewati seharian tanpa satu batang rokok pun, bahkan menjadi sering shalat di masjid. Dan kita merasa bahagia ketika teman dan saudara kita yang biasa mengucapkan kata-kata yang kotor dan tidak senonoh, di bulan ini ia menjaga lisannya dengan baik bahkan sering mengucapkan dzikrullah dan membaca AI-Qur'an.
Dengan tidak sebandingnya usaha yang kita lakukan dibanding rahmat, ampunan, dan kenikmatan yang Sangat besar yang Allah berikan di bulan Ramadhan, masihkah kita berpikir bahwa Ramadhan adalah bulan yang memberatkan?
"Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu".
[Ristyandani]
Majalah Tashfiyah edisi 06 vol.01 1432H - 2011M