--> Skip to main content

Koreksi Dirimu!

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, makhluk yang senantiasa berbuat dosa kepada Rabbnya. Oleh sebab itu, manusia sangat butuh untuk memperbaiki diri serta bertaubat dalam setiap waktu dan kesempatan. Termasuk cara untuk memperbaiki diri adalah dengan senantiasa mengoreksi kesalahan dirinya, dan melihat kepada kesalahan yang telah dilakukan. Seorang yang mau melakukannya akan melahirkan perkara-perkara yang baik bagi dirinya dan akan menghindarkannya dari perkara-perkara buruk. Muhasabah (koreksi diri) dapat dilakukan dengan melihat pada dua segi: pertama, melihat aib diri serta pelanggaran yang telah dilakukan dan yang kedua, melihat hak-hak Allah atas dirinya.

Seorang hamba yang senantiasa sibuk untuk melihat kesalahan diri akan me lihat" bahwa dirinya adalah orang yang berhak untuk dicela kemudian ia berusaha untuk memperbaikinya. la tidak akan sempat melihat kesalahan orang lain, terlebih untuk meneliti dan mencari-cari kesalahan orang lain. Berbeda dengan seorang yang tidak ada kemauan untuk mengoreksi diri, ia tidak akan mungkin berusaha untuk memperbaiki diri dan menghilangkan aib-aibnya.

la akan merasa bahwa dirinya bebas dari kesalahan dan melihat orang lain penuh dengan noda dan dosa. Sungguh, muhasabah merupakan perkara. yang sangat dibutuhkan oleh seorang hamba.

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata, ”Seseorang tidak akan menjadi benar-benar pandai sampai ia marah kepada manusia (karena pelanggaran yang mereka lakukan) kepada Allah. Kemudian ia mengintrospeksi dirinya ternyata Ia melihat dirinya lebih berhak lagi untuk dimarahi." [diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Az-zuhud dan Ibnu Abid Dunya dalam kitab Muhasabatun Nafs]

Abu Hafsh rahimahullah mengatakan, ”Seseorang yang tidak menuduh (dengan kesalahan) pada dirinya dalam setiap waktunya, tidak berusaha untuk menyelisihi keinginan hawa nafsunya pada setiap keadaan, dan tidak mau untuk memaksa dirinya kepada apa yang dibenci nafsunya, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barangsiapa menganggap baik dirinya, maka sungguh ia telah mencelakakan dirinya.”

Yunus bin Ubaid rahimahullah mengatakan, ”Sesungguhnya aku mendapati ada seratus kebajikan namun aku tidak melihat diriku telah melakukannya satu pun.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya]

 Sesungguhnya jiwa manusia senantiasa mengajak kepada sesuatu yang mencelakakan dirinya, senantiasa mengajak untuk bergabung dengan musunmusuhnya, menyukai yang dibenci syariat, dan senantiasa bertabiat untuk menyelisihinya.

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ


”Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Q.S. Yusuf:53].

Lalu, apakah kita merasa aman dan selamat dari hawa nafsu yang senantiasa mengajak kepada kejelekan? Sesungguhnya, kemarahan terhadap dirinya karena penyelisihan syariat yang ia lakukan adalah sifat orang yang Shiddiq yang senantiasa memperbaiki jiwa dan nafsunya, serta akan mendekatkan dirinya kepada Allah dan ampunan-Nya

Termasuk faedah muhasabah adalah kita akan mengetahui hak Allah atas diri kita. Seorang yang mengetahui hak Allah atas dirinya akan lebih memerhatikan ibadah dan amalan-amalan yang dilakukan, serta akan menyebabkan seorang hamba banyak mencela dirinya yang begitu banyak meninggalkan ketaatan, padahal hal ltu merupakan perkara yang harus ditunaikan. Lalu, la akan berusaha melaksanakan hak Allah itu sekuat tenaganya, berusaha ikhlas dalam amalannya, serta tunduk dan pasrah hati kepada Allah.

Seorang yang mengenal hak Allah atas dirinya akan mengetahui bahwa dirinya adalah makhluk yang Jauh dari menunaikan hal itu. Maka ketika ia mengetahui bahwa dirinya begitu banyak menyia-nyiakan hak Allah, ia akan banyak bertaubat, mengharap ke selamatan dan ampunan dari AIIah, karena ia tahu bahwa keselamatan dirinya tidak akan di dapat kecuali dari Allah yang Maha Pengampun.

Sungguh kebanyakan manusia tidak melakukan hal ini, bahkan mereka hanya melihat hak-hak mereka atas Allah dan barsikaras untuk menuntutnya. Oleh sebab itu terputuslah mereka dari Allah, tertutuplah mereka dari muhasabah, tidak ada lagi ada pada diri mereka rasa cinta kepada-Nya dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Nya yang Maha Kasih dan Maha memberikan ampunan. Sesungguhnya koreksi diri adalah perkara yang baik yang semestinya dilakukan. Ini adalah kabiasaan yang dilakukan arang-orang shalih untuk mendapatkan kebahasilan dan surga Allah. Sungguh, orang yang melakukan muhasabah pada hari-harinya di dunia akan meringankan hisab di akhirat kelak. Cukuplah pula menjadi tanda karugian seorang hamba ketika ia meninggalkan sikap ini dan mengikuti hawa nafsunya. Wallahu a'lam. [Hamam].

Referensi: lghasatul Lahfan, lbnu Qayyim Al-Jauziy'ah rahimahullah.

Tashfiyah edisi 06 vol.01 1432H - 2011M


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar